top of page
Search
pikrcakrauns

Hari Peduli Autisme Sedunia : Melawan Perundungan Terhadap Remaja Penyandang Autisme


Pixabay.com/ThitareeSarmkasat

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati pada tanggal 2 April setiap tahunnya. Peringatan ini dicanangkan oleh PBB dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan dari masyarakat atas hak orang pengidap autisme untuk mampu menentukan arah perkembangan diri sendiri, mandiri dan otonomi, mengakses pendidikan dan pekerjaan berdasarkan asas kesetaraan.


Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih dikenal dengan autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan sulitnya berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Simptom-simptom autisme biasanya muncul saat anak memauski usia 12-24 bulan dan terus melekat pada individu yang mengalaminya sepanjang hidup (APA, 2013).


Selain itu, pengidap autisme sering mengalami gangguan perilaku dan membatasi minatnya pada suatu bidang. Ketika usia remaja gangguan perilaku yang sering muncul, seperti seringnya melamun, keterbatasan komunikasi dua arah, perkataan yang diulang-ulang, memiliki minat yang sangat terbatas, menunjukkan abnormalitas dalam intensitas dan konsentrasi pada suatu benda yang tidak lazim, serta sensitif terhadap suatu hal. Pada remaja dengan gangguan autisme juga memiliki perilaku tantrum, seperti sering berteriak dan memukul-mukul kepala.


Pixabay.com/ThitareeSarmkasat

Dari perbedaan-perbedaan perilaku yang dianggap “menyimpang” tersebut, penyandang autisme sering mengalami perundungan terutama pada anak-anak dan remaja. Mereka sering mendapatkan cemoohan, pelecehan fisik, dan stigmasisasi dari masyarakat yang semakin menghambat perkembangannya dan memperburuk kondisinya.


Apalagi pada era disrupsi teknologi saat ini, yang semakin memungkinkan orang lain bisa mengakses sosial media dengan mudah. Sehingga mereka dengan leluasa bisa memberikan komentar apapun pada remaja penyandang GSA (Gangguan Spektrum Autisme) yang mencoba untuk menjadi seperti remaja lain pada umumnya. Tak jarang banyak orang yang memberikan komentar buruk pada orang tua yang memiliki anak penyandang GSA. Padahal baik itu untuk anak ataupun orang tuanya, sama-sama membutuhkan dukungan dari masyarakat sekitar, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.


Pada remaja penyandang GSA memiliki tantangan tersendiri. Seperti hambatan dalam mengomunikasikan perasaan dan pikirannya, serta perubahan mood yang biasa dialami pada remaja, juga dialami pula pada remaja penyandang GSA. Apabila perasaan itu tidak terkomunikasikan dan tidak tersampaikan, maka mereka akan meyakiti fisiknya sendiri.


Oleh karena peliknya permasalahan yang dihadapi oleh remaja penyandang autisme, maka dibutuhkan peranan dari berbagai pihak, tidak hanya dari orang tua, tetapi juga dari saudara dan masyarakat pada umumnya. Di hari Peduli Autisme Sedunia saat ini, mari lindungi mereka pejuang GSA dengan melawan perundungan, memberikan dukungan penuh dan motivasi lebih serta selalu memberikan komentar bijak.


Salam Genre! Salam Remaja! Sehat, Cerdas, Ceria!

Genre Indonesia! Saatnya yang muda yang berencana!

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page